Membentuk Kepribadian Anak adalah Peranan Terpenting Orangtua

Banyak kalangan ibu yang beranggapan bahwa peranan mereka terhadap anak-anak hanya sebatas memenuhi kebutuhan mereka; makanan, pakaian dan menyekolahkan hingga tamat. Padahal peranan mereka yang paling penting adalah membentuk kepribadian anak-anak. Demikian menurut Saher Mahmod, pakar Psikologi fakultas Tarbiyah universitas Helwan.
Beliau menjelaskan bahwa keharmonisan suami-isteri akan membentuk kepribadian yang kuat bagi anak-anak. Sementara kerenggangan hubungan di antara mereka, ketidak-pedulian dan kurangnya perhatian dalam mengasuh akan menjadikan anak-anak merasa tidak disukai, dan pada gilirannya mereka mengalami down dan stress yang pastinya mempengaruhi kegiatan belajar mereka.
Ada juga orang tua yang memakai cara kekerasan dan menganggapnya sebagai salah satu metode mendidik yang benar. Dengan cara ini mereka berharap agar anak-anak mau menurut dan berperangai baik. Karena itu dalam memperlakukan anak mereka menampakkan wajah bengis, memaksa menaati perintah mereka tanpa debat dan tidak memberikan kesempatan bagi anak untuk mengungkapkan pendapatnya secara terbuka. Padahal cara seperti ini akan berakibat pada krisis rasa percaya diri anak, dia akan selalu merasa lemah.
Perhatian, perlindungan dan arahan yang berlebihan serta campur tangan dalam semua urusan anak – hingga tidak memberi kesempatan dalam menentukan sesuatu yang sangat sepele seperti memilih baju dan teman – bisa membawa dampak negative bagi anak. Perlindungan yang berlebihan misalkan, akan melemahkan kepribadian anak, mengganggu pembentukan emosionalnya, membuatnya merasa lemah dalam menghadapi tantangan hanya karena masalah sepele lebih-lebih pada kondisi tertekan.
Dr. Saher menjelaskan bahwa keluarga yang memiliki fenomena seperti ini disebabkan oleh faktor-faktor berikut:
1. Ketidak-harmonisan keluarga. Ini terjadi di saat sebuah keluarga tidak mempunyai kematangan, tidak bisa menciptakan kesepahaman dan keserasian. Nah, fenomena ini akan membawa dampak yang membahayakan buat anak-anak, menimbulkan perasaan-perasaan waswas dan beban pemikiran, lalu mempengaruhi perilaku mereka ke arah yang tidak wajar, seperti: nakal, mudah tersulut amarah dan fanatik berlebihan… semuanya merupakan faktor penghambat kelancaran studi anak dan penyebab kekerasan. Parahnya tabiat semacam ini bisa menjadi semacam candu.
2. Orangtua tidak memiliki keterampilan mendidik yang efektif.
Orangtua dituntut agar mempunyai kemampuan dalam menghadapi masalah. Mereka juga harus menghargai perasaan anak-anak, tidak membuat tuduhan dan ejekan yang macam-macam kepada mereka.
Dr. Saher menyarankan para orangtua agar terus mengembangkan pola pandang mereka secara efektif sehingga bisa mengikuti perkembangan jaman.

(By: Tahani / ahram.org.eg)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blogroll